Pertolongan Pertama Ketika Anak Diare

Diare merupakan perubahan frekuensi atau konsistensi dari buang air besar (BAB). Frekuensi diare dapat bertambah hingga lebih dari 3 kali/hari dan disertai perubahan konsistensi feses yang lebih lembek, bahkan cair. Diare dapat disertai lendir atau darah, berbau asam ataupun berwarna hijau.

Diare pada anak bisa disebabkan banyak hal, mulai dari infeksi virus, bakteri, jamur, ataupun parasit. Namun, yang paling sering menyebabkan diare pada anak adalah virus, seperti rotavirus, yang ditandai dengan diare yang sangat banyak (bisa melebihi 10-15 kali sehari), berisi air, dan juga demam. Pada kasus diare yang disebabkan oleh virus, anak sebetulnya tidak membutuhkan pengobatan khusus seperti pada infeksi jenis lainnya yang memerlukan antibiotik atau antijamur.


Satu hal yang penting untuk diperhatikan adalah menjaga asupan cairan yang masuk dan yang keluar agar tetap seimbang. Hal ini disebabkan sebagian besar tubuh terdiri dari atas cairan (yaitu sekitar 80 persen), sehingga ketidakseimbangan asupan cairan yang masuk dan keluar dapat menyebabkan dehidrasi. Selain itu, diare juga menyebabkan pengeluaran elektrolit dari dalam tubuh yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.


Selain batuk dan pilek, diare merupakan penyakit yang sering menyerang anak mama. Pada dasarnya, diare ialah gangguan pencernaan yang ditandai dengan keluarnya feses lebih encer dan sering daripada biasanya. Diare ini dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti infeksi oleh virus, alergi makanan, juga penggunaan antibiotik. 


Meskipun tergolong sebagai penyakit yang umum, yang perlu memperhatikan anak dengan sebaik-baiknya ketika ia terkena diare. Karena jika ditangani dengan tidak tepat, diare dapat berakibat fatal. Penyakit gangguan pencernaan ini bahkan dapat menyebabkan gangguan pada organ penting dalam tubuh. 

 


Yang Harus Dilakukan Saat Anak Diare


Sebagian besar kasus pada anak-anak yang mengalami diare akut disebabkan oleh virus. Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama ketika anak diare?
Tidak perlu panik dan tidak perlu tergesa-gesa membawanya ke rumah sakit. Pengobatan difokuskan pada rehidrasi dengan memberi cairan dan elektrolit untuk mencegah terjadinya dehidrasi.


Pertolongan pertama :


1. Menjaga Asupan Cairan

asupan-air-anak

Jika tidak ditangani dengan baik, diare dapat mengakibatkan terjadinya dehidrasi pada tubuh si Kecil. Itulah mengapa ketika si Kecil terkena diare, Mama perlu tetap menjaga asupan cairannya. 
Cara paling sederhana yang dapat dilakukan ialah dengan meminta anak banyak meminum air putih. Cara ini dapat membantu memenuhi kebutuhan cairan tubuhnya meski terkuras ketika ia buang air besar. Oh ya, perhatikan juga jenis cairan yang si Kecil minum. Sebaiknya ia menghindari minuman berpemanis, seperti soda, atau jus buah yang tidak dilarutkan ketika terkena diare. Semua minuman ini mengandung gula yang dapat menarik air ke usus sehingga membuat kondisi tubuh anak bertambah buruk. 

 

 

2. Tetap Berikan Makanan

asupan-makanan-anak.jpg

Ketika mengalami diare, ada kemungkinan anak tidak mau makan. Mama perlu membujuknya pelan-pelan untuk mau makan meski hanya sedikit. 
Makanan yang si Kecil konsumsi akan memberikan tubuhnya energi. Hal itu diperlukan sebab tubuh kehilangan banyak zat penting selama diare. Tubuh si Kecil juga membutuhkan energi untuk memulihkan diri dari penyakit diare. Anak yang terkena diare sebaiknya makan makanan yang mudah dicerna, seperti; pisang, nasi, bubur, dan sayuran. Hindari makanan pedas, makanan berminyak, juga makanan berlemak saat diare.

 

 

3. Berikan Oralit

oralit-anak
Mama dapat memberikan oralit sebagai salah satu pertolongan pertama ketika anak terkena diare. 
Oralit ini berfungsi untuk meredakan dehidrasi, terutama yang disebabkan oleh diare. Oralit sendiri aman untuk dikonsumsi siapa saja, termasuk anak yang berusia 1-3 tahun. 
Mama dapat memberikan oralit sedikit-sedikit namun sering, sebanyak 5-10 ml selama 3-4 jam untuk menggantikan cairan yang hilang. Setelah memberikan oralit, pastikan si Kecil mau makan agar kebutuhan tubuhnya tetap terpenuhi. 

 

 

4. Berikan Larutan Gula Garam

larutan-garam
Selain oralit siap pakai yang dibeli di apotek, Mama juga dapat membuat oralit sendiri. Bahannya sangatlah mudah, hanya perlu air, gula, dan garam. 
Larutan gula dan garam memiliki efek yang sama dengan oralit, yaitu mengganti cairan tubuh yang hilang sehingga tubuh tidak mengalami dehidrasi. 
Cara membuatnya tidak sulit, cukup larutkan satu liter air dengan enam sendok teh gula yang dicampur dengan setengah sendok teh garam. Berikan larutan ini pada si Kecil setiap kali ia buang air besar. Jika diare anak disertai muntah, Mama dapat memberikan larutan gula garam sedikit demi sedikit, yaitu sendok teh (5 ml) selama lima menit. Kamu dapat menaikkan jumlahnya secara perlahan-lahan. 

 

 

5. Berikan Obat Alami Seperti Jahe

obat-jahe
Beberapa obat tradisional ternyata dapat membantu mengatasi diare yang terjadi pada anak. Salah satu contoh obat alami yang dapat menjadi pertolongan pertama ketika diare ialah jahe. Jahe dipercaya menjadi salah satu obat diare alami. Itu dikarenakan jahe memiliki sifat antibakteri yang mencegah pertumbuhan bakteri penyebab diare. 

Selain itu, efek hangat yang dikeluarkan jahe dapat membantu mengurangi rasa mual, muntah, dan kram perut yang diakibatkan oleh diare.
Untuk memperoleh manfaat dari jahe, anak mama dapat menimum rebusan jahe. Minum jahe dapat membantu tubuh cepat pulih dan mengisi cairan yang hilang selama diare. 

 

 

Karena umumnya disebabkan oleh infeksi virus atau intoleransi makanan, maka pemberian antibiotik untuk diare tidak disarankan. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat justru dapat memperparah diare karena ikut mematikan bakteri baik di dalam usus, serta berpotensi menciptakan bakteri yang kebal terhadap antibiotik. Selain menggunakan obat alami diare, Anda juga dianjurkan untuk menghindari konsumsi alkohol dan kafein, sayuran yang mengandung gas (seperti kol atau brokoli), makanan berlemak dan pedas. Apabila diare tidak kunjung hilang setelah melakukan perawatan mandiri, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.