Berat Badan dari Perspektif Kesehatan

First impression atau kesan pertama seseorang biasanya didapatkan dari penampilan dari luar orang tersebut. Sehingga tidak dapat dipungkiri, orang akan berusaha memberikan perhatian nya untuk meningkatkan penampilan agar bisa meninggalkan kesan yang baik. Penampilan yang baik ini erat kaitannya dengan berat dan postur tubuh. Namun, apakah anda sadar? Bahwa berat badan ideal bukan hanya sebatas aspek pendukung penampilan saja, lebih dari itu, berat badan berkaitan dengan kondisi kesehatan kita.

 

 

Bagaimana Mengkategorikan Berat Badan Anda?

Berdasarkan data WHO tahun 2016, sekitar 650 juta penduduk berusia dewasa mengalami obesitas, sedangkan 340 juta anak-anak dan remaja usia 5 hingga 19 tahun mengalami berat badan berlebih. Di Indonesia sendiri, pada tahun 2010, diperkirakan terdapat 23% orang dewasa mengalami obesitas, dan wanita lebih banyak yang mengalaminya dibanding dengan pria.

Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, Kategori berat badan didapatkan dengan perhitungan yang merujuk pada kalsifikasi Indeks Masa Tubuh (IMT),

sebagai berikut:

tabel-klasifikasi-who.png

Nilai IMT didapatkan dengan perhitungan berikut ini:

IMT = BB / TB2

BB: Berat Badan (Kg)

TB: Tinggi Badan (m)

 

Obesitas merupakan masalah kesehatan yang dapat menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Dilansir dari WHO, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa (di atas 18 tahun) mengalami kelebihan berat badan.

Dari jumlah tersebut terdapat sekitar 650 juta orang dewasa yang mengalami obesitas. Artinya, sekitar 13% dari populasi orang dewasa di dunia (11% pria dan 15% wanita) yang mengalami obesitas pada tahun 2016 secara keseluruhan.

Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, terdapat peningkatan prevalensi obesitas pada masyarakat di Indonesia berusia di atas 18 tahun dari 11,7% menjadi 15,4%.

Tingginya persentase tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko. Itu sebabnya, sebaiknya Anda diskusikan dengan dokter untuk penjelasan lebih lengkap.

Namun, penentuan apakah seseorang obesitas atau tidak dapat dilakukan secara spesifik, yakni dengan menghitung persentase lemak tubuh. Hal ini dapat meningkatkan keakuratan penentuan obesitas. Karena bila hanya menggunakan IMT, seseorang dengan massa otot yang tinggi dapat terkategorikan sebagai obesitas juga, dan ini tentunya kurang sesuai.


Jika Anda termasuk obesitas, lakukanlah perubahan gaya hidup sesegera mungkin. Obesitas dapat menimbulkan berbagai jenis komplikasi, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, serta kanker.

 

 

Apa Itu Obesitas?

obesitas-badan

Obesitas adalah kondisi saat adanya penumpukan lemak yang tidak normal dan berlebihan. Di Indonesia, peningkatan penderita obesitas sangat signifikan, dari 14,8% menjadi 21,8% (2018).

Obesitas terjadi karena asupan kalori yang lebih banyak dibanding aktivitas membakar kalori, sehingga kalori yang berlebih menumpuk dalam bentuk lemak.

Masalah obesitas ini terkait dengan peningkatan jumlah kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes serta beberapa penyakit kanker. Jumlah kematian penderita obesitas yang disertai sejumlah penyakit tersebut lebih banyak dibanding penderita dengan berat badan yang normal.

Jika dibiarkan, ada berbagai risiko penyakit yang mengintai Anda, seperti penyakit jantung, diabetes, dan tekanan darah tinggi. Obesitas adalah salah satu masalah kesehatan terbesar di seluruh dunia. Selain menyebabkan masalah kesehatan, kondisi ini juga dapat memicu gangguan psikologis, seperti stres dan depresi.

Kegemukan berbeda dengan kelebihan berat badan (overweight). Overweight adalah kondisi kenaikan berat badan berlebih. Kondisi ini tidak hanya disebabkan oleh lemak berlebih, melainkan juga massa otot atau cairan dalam tubuh.
Kabar baiknya, masalah kegemukan ini dapat diatasi dengan perubahan pola makan, rutin berolahraga, dan perilaku hidup sehat. Selain pola makan, obat-obatan dan prosedur medis juga bisa menjadi cara mengobati obesitas.

 

 

Penyebab Obesitas

berat-badan

Obesitas terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan dan minuman tinggi kalori tanpa melakukan aktivitas fisik untuk membakar kalori berlebih tersebut. Kalori yang tidak digunakan itu selanjutnya diubah menjadi lemak di dalam tubuh, sehingga membuat seseorang mengalami pertambahan berat badan hingga akhirnya obesitas. Faktor-faktor lain penyebab obesitas adalah:

  • Faktor keturunan atau genetik
  • Efek samping obat-obatan
  • Kehamilan
  • Kurang tidur
  • Pertambahan usia
  • Penyakit atau masalah medis tertentu

 

 


Diagnosis Obesitas


Seseorang dewasa dinyatakan mengalami obesitas, jika indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 25. Perhitungan tersebut didapat dengan membandingkan berat badan dengan tinggi badan. Nilai IMT ini digunakan untuk mengetahui berat badan seseorang normal, kurang atau berlebih, hingga obesitas.


Penanganan obesitas ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang normal dan sehat. Untuk mencapai tujuan ini, maka perlu dilakukan perubahan pola makan, melakukan beberapa cara menahan nafsu makan, dan peningkatan aktivitas fisik.

Di samping itu, ada beberapa metode pengobatan lain untuk mengatasi obesitas, misalnya:


• Mengonsumsi obat penurun berat badan
• Mengikuti konseling dan support group untuk mengatasi masalah psikologis terkait berat badan.
• Menjalani operasi bariatrik untuk mengobati obesitas pasien.


Penurunan berat badan, meski dalam jumlah kecil, dan mempertahankannya secara stabil dapat mengurangi risiko seseorang mengalami komplikasi penyakit terkait obesitas. Selain dengan cara-cara tersebut, penurunan berat badan juga bisa dilakukan dengan cara tradisional.

 


Komplikasi Obesitas


Penumpukan lemak tubuh ini meningkatkan risiko terjadinya gangguan kesehatan serius, seperti penyakit jantung, diabetes, atau hipertensi. Obesitas juga dapat menyebabkan gangguan kualitas hidup dan masalah psikologi, seperti kurang percaya diri hingga depresi.

Penumpukan lemak ini menyebabkan  peningkatakan kolesterol, kenaikan tekananan darah dan penyumbatan pada pembuluh darah. Selain itu, lemak yang juga merupakan faktor penting dalam kinerja hormon yang menunjang fungsi tubuh.

 

 

Penyakit Komplikasi/Disebabkan Obesitas:

  1. Tidur (pernafasan berhenti sementara) dan Berdengkur
  2. Penyakit jantung
  3. Penyakit paru-paru
  4. Penyakit paru-paru yang dapat disebabkan adalah asma dan Blood clotting pada pembuluh darah di paru-paru.
  5. Penyakit Hati
  6. Kanker
  7. Arthtritis/ Radang Sendi
  8. Stroke

 

 

Bagaimana Cara Menurunkan Berat Badan?

Berat badan dapat diturunkan dengan mengikuti langkah berikut:

 

Pola Makan

pola-makan

  1. Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah)
  2. Mengutamakan mengonsumsi karbohidrat kompleks (padi-oadian, umbi-umbian)
  3. Makanan sumber protein hewani dan nabati
  4. Mengonsumsi sayur 3-5 porsi perhari, dan buah 2-3 porsi perhari.
  5. Membatasi konsumsi lemak, minyak dan gula, dan tidak minum alkohol.
  6. Membiasakan pola makan teratur.

Hal ini mencakup pelaksanaan diet konvensional seperti diet rendah lemak, diet rendah karbohidrat, diet mid-level, atau diet khusus untuk penderita penyakit tertentu (diabetes atau penyakit jantung). Umumnya, penentuan diet yang sesuai dapat dilakukan setelah pasien berkonsultasi dengan dokter spesialis gizi klinik.

 

 

Pola Aktivitas

pola-aktifitas

  1. Meningkatkan aktivitas fisik minimal 1 jam sehari.
  2. Membatasi aktivitas seperti menonton tv, komputer dan games.
  3. Melakukan latihan fisik minimal 2-3 kali seminggu.
  4. Membatasi tidur berlebihan.

Untuk pasien obesitas, aktivitas fisik yang paling sesuai adalah aktivitas fisik aerobik. Lakukan sebanyak 5-7 kali per minggu, dengan durasi 30-60 menit setiap harinya. Aktivitas fisik aerobik dapat berupa jalan cepat, berlari, bersepeda, serta olahraga kompetitif (sepak bola, bola basket, tenis, bulu tangkis, dan sebagainya).

Tujuan dari pengobatan obesitas adalah menurunkan berat badan hingga mencapai kategori ideal dan mempertahankannya. Berat badan ideal dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan mengurangi risiko komplikasi.

 

 

Gizi Seimbang Seperti Apa?

Gizi seimbang adalah susunan asupan sehari-hari yang jenis dan jumlah zat gizinya sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pemenuhan asupan gizi ini juga harus memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih, dan mempertahankan berat badan normal guna mencegah masalah gizi.

 

 

Keuntungan Diet Gizi Seimbang

  • Menurunkan risiko penyakit kardiovaskular
  • Menurunkan risiko diabetes tipe 2
  • Meningkatkan kepatuhan, keberlangsungan diet
  • Meningkatkan rasa kenyang dan kepuasan

 

 

Pemeriksaan fisik juga dapat dilakukan dari bentuk tubuh dan evaluasi proporsi lemak dalam tubuh. Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara manual maupun elektronik.

Untuk mendiagnosis obesitas, dokter juga menggunakan penilaian IMT seperti yang sudah dicantumkan sebelumnya. Namun, perlu ditekankan bahwa IMT saja belum lengkap untuk mendiagnosis obesitas.

Selain itu, karena obesitas terkait dengan berbagai komplikasi, beberapa pemeriksaan penunjang juga disarankan. Seperti profil lipid, tes fungsi hati, tes fungsi kelenjar tiroid, gula darah puasa dan hemoglobin A1c (HbA1c).

Perlu diingat kembali, bahwa berat badan yang ideal bukan semata-mata demi meningkatkan penampilan saja dan memberikan kesan yang baik pada orang lain, namun jauh lebih bermakna dari itu adalah untuk menjaga kesehatan.