Obesitas Pemicu Serangan Jantung

webinar-obesitas

Pada hari Sabtu, 24 April 2021 pukul 14.00 WIB, telah terlaksana webinar kesehatan yang membahas mengenai Obesitas Pemicu Serangan Jantung. Dibawakan langsung oleh dr. Cipuk Muhaswitri,M.Gizi Sp. G.K
Dokter Spesialis & Konsultasi Gizi.

Memiliki tubuh yang gemuk sudah pasti menjadi beban bagi kebanyakan orang. Selain membuat penampilan menjadi kurang menarik, kegemukan juga menyebabkan orang menjadi tidak percaya diri. Yang lebih penting lagi, kegemukan atau obesitas membuat orang rentan terhadap sederet penyakit berbahaya termasuk kanker, diabetes, stroke, penyakit jantung koroner hingga serangan jantung.

Kelebihan berat badan dan obsitas ternyata berhubungan erat dengan peningkatan kejadian penyakit kardiovaskular. Banyak penelitian yang mendukung bahwa obesitas mempengaruhi kesehatan jantung kita. Sebuah studi yang dipublikasikan di European Heart Journal tahun 2018 menemukan orang-orang yang mengalami obesitas memiliki risiko penyakit jantung koroner yang lebih tinggi daripada orang dengan berat badan normal.

Obesitas di Indonesia melonjak dengan mengkhawatirkan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 juga menunjukkan bahwa tren masalah berat badan pada orang dewasa Indonesia telah mengalami peningkatan hampir dua kali lipat, dari 19,1% pada 2007 hingga 35,4% pada 2018"-RISKESDAS 2018. Obesitas sangat erat kaitannya dengan penyakit komplikasinya. Hipertensi, penyakit jantung, stroke, osteoartritis, dan sakit punggung kronis, kadar gula tinggi, trigliserida tinggi, sehingga dapat memicu sindrom metabolik.

 

 

Obesitas Pemicu Serangan Jantung

Obesitas adalah kondisi saat adanya penumpukan lemak yang tidak normal dan berlebihan. Di Indonesia, peningkatan penderita obesitas sangat signifikan, dari 14,8% menjadi 21,8% (2018).

Perlu diingat, obesitas bukan semata-mata terkait penampilan, tapi lebih dari itu, obesitas memiliki bahaya pada kesehatan.

 

 

Mengapa Obesitas Memicu Penyakit Jantung?

 

Tubuh yang memiliki lemak berlebih secara tidak langsung akan menyebabkan perubahan lain pada tubuh, sehingga risiko terkena penyakit jantung akan meningkat. Untuk faktor risiko, wanita yang memiliki lingkar pinggang lebih dari 89 cm dan laki-laki 102 cm sangat rentan terserang penyakit jantung.

Selain itu, adanya efek resistensi terhadap hormon insulin yang disebabkan oleh kadar lemak yang tinggi pada perut juga sangat membahayakan jantung, karena rentan terjadinya penyakit diabetes tipe 2. Sementara itu, kelebihan berat badan secara tidak langsung akan meningkatkan kadar kolesterol LDL yang mampu menyumbat arteri atau artheroscleoris, kondisi yang bisa mengakibatkan serangan jantung atau stoke.

Orang yang memiliki berat badan berlebih karena makanan dengan tinggi lemak juga cenderung malas untuk berolahraga. Hal tersebut sama saja merusak arteri dan lebih rentan membuat jantung lemah.

Obesitas tidak bisa dibiarkan begitu saja. Mulailah menjalani pola hidup sehat agar terhindar dari obesitas dan gangguan kesehatan lainnya. Untuk konsultasi seputar masalah obesitas, silakan kunjungi dokter dan rumah sakit terdekat.

 

 

Diagnosis Obesitas

Anamnesis akan ditanyakan mengenai riwayat berat badan sebelumnya, upaya penurunan berat badan, kebiasaan olahraga, pola makan, kondisi lain apa yang miliki, obat-obatan, tingkat stres, dan masalah lain tentang kesehatan.Riwayat kesehatan keluarga juga ditinjau untuk melihat adanya faktor resiko.

Pemeriksaan fisik umum termasuk mengukur tinggi badan, memeriksa tanda-tanda vital, seperti denyut jantung, tekanan darah dan suhu, mendengarkan hati dan paru-paru, dan memeriksa abdomen. Hal ini harus dilakukan paling tidak setahun sekali. Setelahnya, untuk menentukan tingkat obesitas, maka berat badan dan tinggi badan diukur guna memeriksa indeks massa tubuh (BMI).

Pengukuran tersebut harus dilakukan minimal setahun sekali. BMI juga membantu menentukan risiko kesehatan keseluruhan dan perawatan apa yang mungkin sesuai. Selanjutnya, mengukur lingkar pinggang atau lemak visceral.

Kemudian, memeriksa masalah kesehatan lainnya, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes. Tes darah penting dilakukan untuk melihat faktor risiko dan gejala yang dapat dialami. Tes mungkin termasuk tes kolesterol, tes fungsi hati, glukosa puasa, tes tiroid dan lain-lain. Mungkin juga direkomendasikan tes jantung tertentu, seperti elektrokardiogram.

 

 

Penyakit Komplikasi/Disebabkan Obesitas:


1. Penyakit Jantung

penyakit-jantung

Risiko gangguan kesehatan seperti penyakit jantung akan meningkat apabila penumpukan lemak berlebih ini tidak segera diatasi. Hal ini dikarenakan penderita obesitas cenderung memiliki kolesterol yang tinggi, tekanan darah tinggi, dan terserang diabetes.

 


2. Penyakit Paru-Paru

penykit-paru
 
Timbunan kalori makanan yang berubah menjadi lemak berlebih di dalam tubuh bisa menjadi masalah serius bagi kesehatan. Apalagi jika kamu jarang melakukan aktivitas fisik atau olahraga. Jaringan lemak ini tak hanya akan menumpuk di dalam perut tetapi juga bisa menghambat saluran udara di dalam paru-paru karena ternyata paru-paru juga bisa penuh sesak oleh sel-sel lemak.
 
Menurut hasil riset terbaru yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Western Australia, lemak ternyata bisa menumpuk di jaringan paru-paru terutama pada orang-orang yang kelebihan berat badan atau obesitas.

 

 

3. Penyakit Hati

penyakit-hati

Gejala yang muncul juga bersifat tidak spesifik, misalnya seperti sering lemas serta nyeri di perut kanan atas. Kendati begitu, penumpukan sel lemak lama-kelamaan dapat mengganggu fungsi dan struktur sel hati. Akibatnya, akan muncul peradangan yang membentuk jaringan parut di hati.

 

 

4. Kanker

penyakit-kanker-obesitas

Menurut berbagai penelitian, obesitas didapati berkaitan dengan 13 jenis kanker, terutama kanker pada organ reproduksi wanita (kanker payudara, endometrium, dan ovarium) serta kanker yang berhubungan dengan sistem pencernaan, yaitu kanker esofagus, lambung, usus besar, rektum (bagian usus besar dekat anus) saluran empedu, dan pankreas.

Tidak hanya itu saja, para peneliti telah menemukan hubungan obesitas dengan jenis kanker lainnya, seperti kanker hati, tiroid, kulit dan ginjal. Para peneliti juga mengungkapkan bahwa risiko kanker seseorang akan semakin bertambah sejalan dengan berapa lama seseorang mengalami obesitas.

 

 

5. Stroke
penyakit-stroke

Obesitas sering dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, seperti diabetes tipe 2, stroke, dan penyakit jantung koroner. Hal ini dikarenakan pada penderita obesitas ditemukan aterosklerosis, yaitu kondisi di mana terjadi penyempitan dan pengerasan di dalam pembuluh darah arteri akibat pengendapan kolesterol dan zat-zat lemak lainnya.

Bila aterosklerosis terus dibiarkan, maka pasokan darah yang berisi oksigen ke suatu organ semakin berkurang, di mana bila terjadi di pembuluh darah yang mengelola otak akan menyebabkan stroke dan pembuluh darah jantung menyebabkan penyakit jantung koroner.

 

 

Lindungi Jantung

Jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, melangsingkan tubuh dapat membantu Anda mengurangi risiko terkena penyakit jantung. Ketika seseorang turun berat badannya hingga 2,27 kilogram, akan terjadi perbaikan tekanan darah, gula darah, kadar kolesterol dan peradangan.

Semua perubahan tersebut bermanfaat bagi jantung kita. Menurunkan berat badan akan sangat membantu mencegah penyakit jantung. Tentu, menurunkan berat badan bukan perkara yang mudah. Cara terbaik untuk memiliki tubuh proporsional adalah dengan memperbaiki pola makan dan olahraga.

Jika IMT kamu menunjukkan angka yang lebih tinggi, alangkah baiknya melakukan program penurunan berat badan dengan diawasi pihak medis, ketimbang melakukannya sendiri. Jika kamu mencoba menurunkan berat badan secara mandiri, lakukan dengan diet yang kaya akan produk susu rendah lemak,

buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, unggas tanpa kulit, ikan berlemak dan minyak yang sehat. Sebaiknya hindari gula tambahan, makanan yang diproses dan gorengan. Lakukan olahraga dengan mengombinasikan aerobik dan latihan beban untuk meningkatkan massa otot dan mengurangi lemak tubuh. Menurunkan berat badan akan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular secara signifikan.

 

 

Apa saja Tips dalam Mengatasi Obesitas?

Pola Makan

Salah satu cara mengatasi obesitas yang paling penting adalah mengubah kebiasaan makan. Anda mungkin perlu bantuan dari dokter atau ahli gizi untuk mengetahui berapa banyak kadar kalori yang dibutuhkan sesuai kondisi.

Begini, perubahan pola makan yang drastis, seperti diet ketat, tidak dapat membantu Anda menjaga berat badan berlebih dalam jangka panjang. Itu sebabnya, Anda perlu program penurunan berat badan khusus untuk meningkatkan peluang tersebut.

  1. Mengonsumsi makanan beraneka ragam (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah)
  2. Mengutamakan mengonsumsi karbohidrat kompleks (padi-oadian, umbi-umbian)
  3. Makanan sumber protein hewani dan nabati
  4. Mengonsumsi sayur 3-5 porsi perhari, dan buah 2-3 porsi perhari.
  5. Membatasi konsumsi lemak, minyak dan gula, dan tidak minum alkohol.
  6. Membiasakan pola makan teratur.

 

Pola Aktivitas

  1. Meningkatkan aktivitas fisik minimal 1 jam sehari.
  2. Membatasi aktivitas seperti menonton tv, komputer dan games.
  3. Melakukan latihan fisik minimal 2-3 kali seminggu.
  4. Membatasi tidur berlebihan.

 

 

Suplemen Pengontrol Berat Badan dari Unihealth yaitu Slimming Series:

  1. FBC-X : Fat Blocker
  2. Slim lock : Carbs Blocker
  3. Slimhealth : Fat Burner
  4. Slimshake: Susu Pangan Khusus Diet.